Jumat, 29 Maret 2024

Zikir Jelang Sholat Subuh

Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh (6)

Selasa, 28 Maret 2023 | 06:25
Laporan: KlikIndonesia
Zikir Jelang Sholat Subuh
Wina Armada Sukardi, Jurnalis & Advokat senior

SHOLAT  subuh di mesjid banyak menghasilkan pengalaman “spritulitas”. Pengalaman yang memperkuat batin. Pengalaman yang membuat kita berupaya menjadi hamba yang lebih baik lagi. Tapi juga pengalaman yang sering menunjukkan jalan terjal menggapai kebaikan. Pengalaman yang sering membaurkan antara realitas dan fantansi.

Itu terjadi baik sebelum sholat, saat sholat maupun setelah sholat. Salat satu pengalaman tersebut hamba  “abadikan” dalam sebuah karya puisi hamba  berjudul “Zikir” tahun 2019. Langsung saja hamba yang kutip utuh puisi tersebut tanpa perlu hamba ibuhkan apapun lagi.

Zikir

 

​​Aku duduk memegang tasbih

​​berzikir

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah.

​​

Tidak! Mataku tidak tertutup.

​​Tidak! Kesadaranku  tidak hilang

​​Tapi dimanakah aku?

​​Tubuhku begitu ringan, bahkan seakan tak ada

​​Aku serasa menembus tujuh langit

​​melewati bulan, melewati matahari.

 

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Aku melihat  dua mahluk memandang tajam ke arahku

​​mereka menunjuk-nunjukku

​​boleh jadi  berdikusi  tentang aku

Satu  menunjuk-nunjuk ke arah depan

satu lagi sebaliknya menunjuk-nunjuk ke balakang

lantas mereka menghilang begitu saja

membiarkan aku kembali sendirian.

 

Di depan aku melihat pemandangan lapang tak berbatas

orang-orang berwajah murung dengan derita lalu lalang.

 

Preeaaattt!!!

Tiba-tiba  petir menyambar seluruh manusia disana

tak ada tubuh yang tidak hangus

mereka mengerang, merintih dan menjerit

tapi mereka masih tetap hidup

tubuh  penuh luka dan nanah.

Nyeri.

Bau.

 

Lalu : buuaaarrr!

Manakala tubuh masih sedemikian sakit bukan alang kepalang

munculah tsunami mengulung semuanya

padahal  gelombangnya yang  datang lahar tak terperkiraan panasnya

sebagian terpental-petnal

sebagin tergulung ombak lahar

Tentu, tentu, orang-orang itu berteriak  kesakitan

​​ Ngeri luar biasa.

​​Lebih ngeri lagi mereka semua masih hidup.

​​Itulah orang-orng yang penuh derita

​​tiada akhir

​​mereka  menunggu masuk  kawah derita abadi.

 

​​Sementara aneka ragam mahluk seram dan sadis

bentuknya tak beraturan

bergentayangan

​​ada  yang kepalanya bertanduk tunggal dengan taring tajam

​​menembus bibirnya sendiri

​​matanya satu di  dahi satu di dagu

​​ada pula yang lidahnya menjulur menyemburkan cairan beracun.

 

​​Dan: Bum!!

​​Tiba-tiba-tiba beberapa dari mereka  telah berada

​​di belakangku

​​dekat sekali.

​​Rupanya mereka mengancam diriku.

 

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

Mahluk-mahluk itu berhenti sejenak.

 

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Perlahan para mahluk kejam itu meninggalkanku.

 

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

 

​​Aku berbalik kembali memandang ke depan

​​Segalanya kini telah berubah

​​hamparan pemandangan yang serba indah.

​​Serasi.

​​Pohon buah-buahan segar ada dimana-mana

​​ Semua tersedia

Para mahluk berinteraksi dengan kebahagiaan.

 

​​Aku menatap lebih jauh lagi

​​Belum sempat aku bertanya-tanya

​​Apakah ini  potongan surga

​​Sebuah karpet panjang terpentang di hadapanku.

 

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

 

​​Perilaku zikir yang telah mendarah daging pada diriku

​​Kukira telah membuka jalan petunjuk ke arah  surga

​​Aku seperti meloncat ke atas karpet itu

​​Ada perasaan tentram meliputi diriku

​​Damai.

​​Bahagia.

 

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah.

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah.

​​

Tidak! Mataku tidak tertutup

​​Aku masih berzikir

​​suara azan jelas kudengar di bumi nyata tempat aku bersila

Aku bangkit memenuhi panggilan  Sang Maha Kuasa

Sholat berjemaah di mesjid.

 

​​​​_Jalan Mawar, Bintaro,

 Subuh di Ulang tahun hari perkawinan, 25 April 2019._

(Dikutip dari Kumpulan Puisi  Religi “Mata Burung Gagak Gitaris Rock,” karya Wina Armada Sukardi, 2022).

   

Apakah itu fakta? Kenyataan? Ataukah cuma ilusi dan halusinasi? Hamba serahkan semua jawabanya kepada sidang pembaca yang budiman.

 T  a  b  i  k.*

 

WINA ARMADA SUKRDI,  wartawan dan advokat senior,  serta Dewan Pakar Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan repotase/opini pribadi dan tidak mewakili organisasi.

Kirim Komentar

Berita Lainnya