Jumat, 03 Mei 2024

Road To Hari Santri Nasional, GP Ansor Sulut Bersama Polda Gelar Dialog Kebangsaan

Selasa, 04 Oktober 2022 | 15:08
Oleh: Wina MM
Laporan: KlikIndonesia
Road To Hari Santri Nasional, GP Ansor Sulut Bersama Polda Gelar Dialog Kebangsaan
Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sulawesi Utara (Sulut) menggelar dialog kebangsaan dengan pihak Direktorat Intelkam Polda Sulut, Selasa (04/10/2022)

KLIKINDONESIA [MANADO] - Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober mendatang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sulawesi Utara (Sulut) menggelar dialog kebangsaan. Bekerjasama dengan pihak Direktorat Intelkam Polda Sulut organisasi kepemudaan Nahdlatul Ulama (NU) itu mengangkat tema dialog "Menangkal Hoax dan Ekstrimisme di Era Disrupsi Digital". Diskusi yang diselenggarakan disalah satu hotel di Kawasan Megamas Senin (3/9) itu dihadiri para kader GP Ansor dan sejumlah OKP lainnya serta pembicara dari berbagai elemen.

Ketua PW GP Ansor Sulut Yusra Alhabsyi mengatakan, di era digital hari ini, hal positif bisa jadi negatif dan yang negatif bisa jadi positif atau hal yang benar bisa menjadi salah dan hal yang salah bisa menjadi benar.

Untuk itu kata Yusra, kita sangat membutuhkan generasi muda untuk melawan yang namanya Hoax dan Ekstrimisme. baginya masalah hoax dan ekstrimisme tidak sebatas menyerahkan kepada penegak hukum saja, tetapi masyarakat sipil juga harus berperan menangkal hal tersebut. Karena kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.

"Keluarga besar NU Sulawesi Utara sudah seharusnya menyiapkan infrastruktur dalam menangkal hoax dan ekstrimisme khususnya di Sulawesi Utara. Mereka yang teridentifikasi merongrong kebinekaan, maka wajib kita bina, tetapi kalau tidak bisa di bina maka dibinasakan dalam rangka menangkal Ekstrimisme,"ujar Anggota DPRD Sulut itu.

Sementara itu, pembicara dari pihak Polda yakni Dirintelkam Kombes Pol Albert Barita Sihombing menerangkan, ketika kebenaran Tuhan berganti menjadi pembenaran diri yang didalamnya penuh pertimbangan untung rugi maka obyektivitas menjadi bias. Menurutnya ada beberapa hal yang dianggap melebihi batas (ekstrem) dalam praktik beragama, pertama atas nama agama yang berujung melanggar nilai luhur dan harkat mulia kemanusiaan.

"Selain itu, atas nama agama yang akhirnya melanggar kesepakatan bersama untuk kemaslahatan. Kemudian, atas nama agama melanggar hukum tanpa alasan yang jelas. Mencegah radikal adalah pikiran itu seperti parasut, hanya berfungsi jika terbuka. Tidak ada masalah dengan agama, yang jadi masalah adalah cara beragama yang perlu dibenahi," terang perwira tinggi Polda Sulut itu.

Dilain pihak Akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado DR. Rosdalina Bukido, M.Hum yang merupakan salah satu pembicara menegaskan, perlu ditingkatkan kearifan lokal. Keluarga besar NU tidak perlu diragukan lagi atas cinta tana air. Kata dia, karena setiap kegiatan NU dinyanyikan Hubbul Wathon Minal Iman yang artinya adalah 'cinta tanah air bagian dari iman.           

"Kita juga harus perlu bergerak diranah sosial dan kemasyarakatan untuk mencegah atau menangkal Hoax dan Ekstrimisme," tandas Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis IAIN Manado yang juga Ketua Fatayat NU Sulut itu.*

Kontributor : Fajar (Manado)

Berita Terkait

Kirim Komentar

Berita Lainnya