Jumat, 18 Oktober 2024

Mapandre Tasi: Ode Syukur Nelayan Mempunai

Tradisi Sedekah Laut Warisan Leluhur Dilestarikan

Selasa, 09 Juli 2024 | 21:10
Laporan: Efni
Mapandre Tasi: Ode Syukur Nelayan Mempunai
Tradisi Mapandre Tasi, sebuah ritual sedekah laut yang diwariskan turun-temurun, kembali semarak di pesisir dusun. Bagi masyarakat Bugis ini merupakan ode syukur yang tulus atas limpahan rezeki dari lautan, Senin (08/07/2024).

BANGSEL-BABRL [KLIKINDONESIA] - Langit cerah di atas Dusun Mempunai, Desa Serdang, Kabupaten Bangka Selatan bagaikan lukisan yang sempurna di pagi Senin (8/7/2024). Deburan ombak menyapa telinga, berpadu dengan alunan merdu doa tolak bala yang dilantunkan para tetua adat.

Hari ini, tradisi Mapandre Tasi, sebuah ritual sedekah laut yang diwariskan turun-temurun, kembali semarak di pesisir dusun ini. Bagi masyarakat Bugis di Dusun Mempunai, Mapandre Tasi bukan sekadar ritual, tapi sebuah ode syukur yang tulus atas limpahan rezeki dari lautan.

Semarak Syukur dan Silaturahmi

Sejak pagi, suasana di pesisir Mempunai sudah ramai. Para ibu bergotong royong menyiapkan hidangan laut segar, sementara para bapak sibuk mempersiapkan sesaji untuk dipersembahkan ke lautan.

"Mapandre Tasi ini sudah kami lakukan selama 30 tahun," ungkap Pak Jupri, Imam Pewennari dan tokoh adat Bugis di Dusun Mempunai, dengan mata berbinar. "Ini adalah cara kami untuk mengucap syukur atas hasil tangkapan laut yang melimpah dan juga sebagai wadah silaturahmi bagi masyarakat Bugis di perantauan."

Suasana kekeluargaan terasa begitu kental. Anak-anak kecil berlarian dengan riang, sementara para tetua adat duduk bercengkrama, berbagi cerita dan tawa.

Warisan Budaya yang Perlu Dilestarikan

Ritual Mapandre Tasi diawali dengan doa selamat yang dipimpin oleh para tetua adat. Sesaji yang telah disiapkan kemudian diarak menuju tepi laut. Diiringi doa dan harapan, sesaji pun dilarung ke lautan, menjadi persembahan rasa syukur atas karunia yang telah diberikan.

"Pelestarian budaya acara adat sedekah laut ini merupakan keragaman budaya yang harus kita lestarikan," pesan AKBP Trihanto Nugroho, Kapolres Bangka Selatan, yang diwakilkan oleh Kasi Propam AKP Edi.

Harapan Akan Dukungan dan Pelestarian

Meskipun tradisi Mapandre Tasi telah dilestarikan selama 30 tahun, namun masih ada yang perlu dibenahi. Ketua panitia acara, Bahtiar, berharap agar acara ini lebih ramai dan mendapat dukungan dari pemerintah daerah.

"Kami berharap bisa mendapatkan bantuan dari anggaran dana desa atau APBD untuk mendukung penyelenggaraan acara ini," katanya. "Sebelumnya kami telah memohon bantuan untuk kegiatan ini, namun hingga kini belum direspon," tambah Bahtiar.

Mapandre Tasi bukan hanya tentang ritual, tapi juga tentang rasa syukur, pelestarian budaya, dan gotong royong. Tradisi ini adalah pengingat bahwa manusia dan alam saling terhubung, dan kita harus selalu menjaga kelestariannya.

Semoga semangat Mapandre Tasi ini terus menginspirasi generasi muda untuk terus melestarikan budaya leluhur dan menjaga laut sebagai sumber kehidupan.*

Berita Terkait

Kirim Komentar

Berita Lainnya