KLIKINDONESIA [DONGGALA] - Kedatangan Bupati Pohuwato, Saipul A. Mbuinga bersama Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pohuwato, Selvi Mbuinga Monoarfa di Kabupaten Donggala disambut hangat oleh pemerintah dan pemangku adat. Dimana sejak turun dari mobil Bupati bersama jajaran Pemda Pohuwato diterima secara adat Topeaju yang merupakan sebuah tarian kehormatan yang digunakan di zaman kerajaan, tarian itu juga sebagai bentuk penghormatan dan memberikan rasa aman terhadap tamu, Selasa, (2/5/2023).
Sampai di depan kantor Bupati, dilakukan pemasangan siga kepada Bupati Saipul Mbuinga dan pemasangan Sampolu kepada Ketua PKK Pohuwato, Selvi Mbuinga Monoarfa serta pimpinan OPD dan Camat. Diketahui, pemasangan Siga diperuntukan kepada tamu pria, Siga juga merupakan mahkota suku Kaili Donggala yang dikenakan di kepala layaknya kopiah namun pemasangannya dengan cara diikatkan. Untuk tamu wanita dipasangkan Sampolu, yang melambangkan wujud penghormatan sama halnya dengan Siga. Sampolu dikenakan dibagian kepala wanita layaknya menggunakan selendang.
Setelah itu dilanjutkan dengan tari Pontamuaka atau tari penyambutan/mempertemukan, tarian itu juga sebagai wujud rasa syukur dan penghormatan kepada setiap tamu yang berkunjung. Tari Pontamuaka dilakukan oleh putri Kaili Donggala dengan jumlah ganjil. Tari Pontamuaka diakhiri dengan melemparkan beras kuning tepat diatas tamu sebagai lambing mengabarkan rasa kebagian dan kemakmuran.
Bupati Saipul bersama Ketua PKK Pohuwato, Selvi Mbuinga Monoarfa disambut oleh Bupati Donggala, Dr. Drs. Kasman Lassa,SH.,MH.,AIFO, (Kanjeng Raden Aryo Hadiningrat) dan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Donggala, Hj. Indotang Kasman Lassa,S.Sos, Selasa (2/5/2023).
Bupati Saipul Mbuinga mengucapkan terima kasih kepada Pemda Donggala terutama kepada Bupati dan masyarakat Donggala yang telah menerima kunjungan silaturahmi terutama penerimaan secara adat.
Dikatakan Saipul, jika kita melihat sejarah kemajuan Kabupaten Donggala saat ini sesungguhnya adalah perpaduan dari kemajuan masa lampau dan masa kini. Sejak zaman Kolonial Belanda, Donggala telah menjadi kota pelabuhan yang sangat sibuk, lalu lintas perdagangan komoditas hasil bumi, hewan ternak dan juga emas, sehingga penguasa Kolonial Belanda menetapkan Donggala sebagai jalur eksklusif menghubungkan jalur perdagangan laut dari Makassar dan Manado serta pulau Kalimantan. Sebelum pelabuhan Pantoloan di bangun, para pedagang dari Gorontalo telah memanfaatkan pelabuhan Donggala di Banawa sebagai sarana penyeberangan mensuplai kebutuhan masyarakat Kalimantan terutama sapi dan produk pangan lainnya.
“Semoga kedepan baik Pohuwato maupun Donggala akan tercipta hubungan kerja sama yang baik, karena sebagai kabupaten tertua di Sulteng, tentu kemajuan dari Donggala sudah sejak dahulu dikenal terutama di zaman penjajahan,” ungkap Bupati Saipul.
Bupati Donggala, Dr. Drs. Kasman Lassa menjelaskan, sebelum merdeka, Donggala adalah daerah kerajaan yang membawahi Palu, Parimo, Toli-Toli dan Sigi. Donggala adalah kabupaten tertua, atau sebelum adanya Provinsi Sulawesi Tengah sudah lahir duluan Donggala.
Bupati dua periode itu memaparkan bahwa Kabupaten Donggala dikelilingi laut. Terdiri dari 158 desa, 9 kelurahan, 16 kecamatan, 1.325 dusun, 1.862 RT, dengan jumlah penduduk 3.268 ribu jiwa.
“Insyaallah Kabupaten Pohuwato kedepannya bisa lebih maju lagi, kami doakan pula semoga Bupati Pohuwato tetap sehat, diberikan umur panjang dalam melaksanakan pemerintahan di Pohuwato. Bupati Pohuwato adalah sahabat kami yang baik, di puncak peringatan Hari Otonomi Daerah (Otda) di Makassar, Sulsel kami duduk berdekatan. Terima kasih pak Bupati Pohuwato atas kunjungannya ke daerah kami, semoga kami bisa berkunjung balas ke Kabupaten Pohuwato,” pungkas Bupati Donggala, Kasman Lassa.*
Kirim Komentar