LANGSA, ACEH [KLIK INDONESIA] – Sebanyak 93 pengungsi Rohingya, yang terdiri dari laki-laki dewasa, perempuan dewasa, dan anak-anak, dihentikan oleh Tim Gabungan Ram Chek saat melaksanakan tugas di Terminal Tipe A Kota Langsa. Pengungsi tersebut ditemukan dalam sebuah bus wisata yang dikemudikan oleh Jefrianto Ginting, dengan kernet bernama Rahmat Tarigan. Keduanya tidak membawa identitas resmi seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Menurut keterangan sopir bus, mereka diminta untuk membawa penumpang dari Kabupaten Bireuen ke Medan dengan tarif Rp 600.000 per orang.
“Kami hanya diperintahkan untuk mengantar penumpang ke Medan dan tidak mengetahui identitas mereka,” ungkap Jefrianto. Dengan total 93 penumpang, bus tersebut menerima biaya sebesar Rp 55.800.000.
Setelah dilakukan penghitungan, jumlah pengungsi terdiri dari 32 laki-laki dewasa, 51 perempuan dewasa, 7 anak laki-laki, dan 3 anak perempuan, dengan total 93 orang. Saat ini, semua pengungsi masih beristirahat di Terminal Tipe A Kota Langsa, menunggu arahan dan petunjuk lebih lanjut dari Pemerintah Provinsi Aceh.
Kristin, staf International Organization for Migration (IOM), saat dikonfirmasi, menyatakan bahwa pihaknya belum mengetahui rencana penempatan pengungsi tersebut.
“Kami masih menunggu instruksi resmi dari pemerintah setempat mengenai langkah selanjutnya,” ujarnya.
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan mengenai jaringan penyelundupan manusia dan perlindungan terhadap pengungsi Rohingya yang terus menjadi perhatian internasional.
“Kami berharap pemerintah dan organisasi terkait segera mengambil langkah untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan para pengungsi,” tambah Kristin.
Pemerintah setempat diharapkan dapat segera memberikan solusi yang tepat untuk menangani situasi ini, mengingat kondisi pengungsi yang membutuhkan perlindungan dan perhatian khusus. Dengan meningkatnya perhatian internasional terhadap isu pengungsi, langkah-langkah yang cepat dan efektif sangat diperlukan untuk memastikan hak-hak mereka terpenuhi.*
Kirim Komentar