JAKARTA [KLIK INDOENSIA] - Di balik deretan bangunan tinggi di Jakarta Selatan, terdapat kisah harapan dan perjuangan yang tak terhitung jumlahnya. Salah satunya adalah Marlina (68), seorang nenek yang kini tinggal di Rusunawa Pasar Rumput setelah kehilangan rumahnya akibat kebakaran. Dengan tatapan penkeuh harap, ia menceritakan bagaimana hidupnya berubah drastis dalam sekejap.
“Kalau buat saya sih, kayaknya kalau rusun ini nggak terlalu penting, dipakai sementara. Kalau saya sih nggak setuju (waktu dibatasi), lebih baik untuk selamanya lah,” ungkap Marlina, Minggu (09/02/2025) yang kini tinggal bersama suaminya yang berusia 70 tahun. Mereka merasa sangat terbantu dengan hunian yang disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta setelah tragedi yang menimpa mereka.
Marlina dan suaminya tidak hanya kehilangan tempat tinggal, tetapi juga harus menghadapi kenyataan pahit bahwa mencari rumah baru di Jakarta bukanlah hal yang mudah.
“Alhamdulillah kondisinya sih, enak ya, fasilitasnya baik, gitu ya. Bersih, udah gitu kalau urusan token sama listrik ya kita tanggung jawab sendiri tergantung dari pemakaian,” tambahnya, menunjukkan rasa syukur meski dalam situasi sulit.
Namun, harapan Marlina untuk tinggal di Rusun Pasar Rumput selamanya terancam oleh wacana pembatasan masa tinggal yang diusulkan oleh pemerintah. Ia khawatir jika kebijakan tersebut diterapkan, akan sulit baginya dan banyak warga lainnya untuk mencari tempat tinggal alternatif yang terjangkau.
“Saya berharap pemerintah mau mendengar keluhan kami dan memberikan solusi yang lebih manusiawi,” tutupnya dengan nada penuh harap.
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) DKI Jakarta mencatat bahwa tunggakan pembayaran rumah susun sewa (rusunawa) mencapai Rp 95,5 miliar, dengan beberapa penghuni menunggak hingga 58 bulan. Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya masalah perumahan di Jakarta, di mana banyak warga berjuang untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak.
Kisah Marlina adalah cerminan dari banyaknya warga Jakarta yang berjuang untuk bertahan hidup di tengah kesulitan ekonomi dan kebijakan yang tidak berpihak pada mereka. Di tengah tantangan ini, harapan akan masa depan yang lebih baik tetap menyala, meski dalam keadaan yang penuh ketidakpastian.*
Kirim Komentar